Kembalilah ke Indonesia!
>> Thursday, November 1, 2007
Bursa Wisata Norwegia
OleH: Denny Sutoyo- Gerberding
Seruan yang bernada imbauan di atas sama sekali bukan pesan iklan, melainkan judul artikel utama harian Aftenposten, koran tiras pertama Norwegia, Jumat, 12 Januari 2007.
Tulisan itu dilengkapi dengan foto Trio Batakos, penyanyi lagu-lagu Batak yang khusus didatangkan untuk tampil di stan Indonesia, dalam bursa wisata Norwegia, Reiseliv 2007.
Kegiatan berlangsung di balai pameran dagang Norwegia (Norges Varemesse) di Lillestrom yang luasnya 25.000 meter persegi. Pameran diikuti 170 negara dengan 1.000 peserta dan berlangsung selama empat hari, antara 11 Januari dan 14 Januari.
Meskipun penduduk Norwegia hanya sekitar 5 juta, tetapi pengunjung pameran ini mencapai 38.126 orang.
Orang Norwegia memang paling doyan berwisata selain memiliki GNP tinggi. Di samping itu, cuaca yang dingin hampir sepanjang tahun membuat travelling menjadi kebutuhan pokok, bahkan sebagai gaya hidup.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Eslandia, Retno Marsudi, menggarisbawahi pentingnya keikutsertaan Indonesia dalam promosi wisata ini, sebab kalau tidak Indonesia akan kehilangan momentum dan dilupakan oleh wisatawan Skandinavia.
Meski jumlahnya tidak begitu besar, penduduk Norwegia (dan Skandinavia pada umumnya) masuk dalam kategori "wisatawan kelas menengah dan atas" dan "long stay guests". Untuk itu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Oslo memilih pariwisata sebagai fokus program kerja tahun 2007 dengan nama Forum on Indonesia 2007: Promoting Tourism.
Menurut Retno Marsudi, urutan kegiatannya berupa partisipasi dalam reiseliv (bursa wisata), kemudian temu bisnis/travel gathering, pemutaran film dan promosi budaya di Trondheim, road trip pariwisata Indonesia, partisipasi dalam pameran budaya di Oslo dan Krodero, fam tour untuk jurnalis pariwisata, serta pagelaran kesenian/musik .
Membangun citra
Lucunya, meskipun sama sekali bukan "pemain baru" sebagai tujuan wisata dunia, dalam pameran itu Indonesia disebut sebagai salah satu "negara baru", disusul Panama, Peru, Slovenia, Latvia, dan Bulgaria.
Ini disebabkan Indonesia baru pertama kali ikut serta dalam bursa wisata di Norwegia. Namun, dari semua itu hanya Indonesia yang dipilih sebagai headline oleh harian Aftenposten. Mungkin Indonesia satu-satunya peserta yang menampilkan grup kesenian (tari dan musik) secara teratur selama empat hari pameran? Bisa jadi.
Akan tetapi, yang lebih meyakinkan adalah tulisan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang paling cantik dan menarik di dunia. Selama ini, tujuan wisata utama warga Norwegia di Asia adalah Thailand.
Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa sejak beberapa tahun ini industri wisata Indonesia justru cenderung lesu. Ini disebabkan, antara lain terjadinya serangkaian bencana dan malapetaka yang menimpa Indonesia. Seperti layaknya permainan kartu domino, sejak itu banyak orang takut datang ke Indonesia.
Selama ini segi keamanan juga selalu menjadi alasan lesunya sektor pariwisata Indonesia. Namun, keikutsertaan Indonesia dalam bursa wisata di Norwegia ini menunjukkan hal yang berbeda, seperti dikatakan oleh Mudji Sabar, Kepala Subdirektorat Promosi wilayah Eropa Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
"Dari pembicaraan dengan asosiasi travel dan tour operator Norwegia/Skandinavia selama pameran, juga dari konferensi pers yang kami adakan di sini, tidak ada yang menyinggung soal keamanan. Rupanya masyarakat di sini sadar bahwa teror bisa terjadi di mana saja, bukan hanya Bali. Jadi asumsi saya, untuk wilayah Norwegia/Skandinavia keamanan bukan lagi isu sentral".
Dukungan
Pernyataan itu didukung oleh dua operator tur/industri wisata yang ikut dalam stan Indonesia, yaitu Pacto dan beberapa agen perjalanan asal Amerika Serikat.
Ricky Setiawanto dari Pacto melihat bahwa isu keamanan sudah tidak lagi valid. Apa yang dia lakukan adalah repositioning, mencoba meyakinkan pasar Norwegia bahwa Indonesia memiliki produk-produk baru yang belum mereka kenal lantaran orang Norwegia adalah pelanggan Thailand.
"Ke depan, kita harus lebih aktif lagi untuk memetakan Indonesia sebagai alternatif utama bagi warga Norwegia/Skandinavia mengingat Vietnam sudah masuk, dan letaknya memang lebih dekat dengan Thailand," kata Ricky.
Gunnar Skjolden dari Asia Line & Hapag Norway Chapter sudah kembali memimpin studi untuk sembilan operator tur Norwegia ke Bali dan Lombok, November lalu. Dia juga menjadwalkan studi tour Indonesia dengan mengajak khusus wartawan wisata yang menulis untuk berbagai media di Skandinavia.
Dia mengatakan, Bali akan tetap menjadi tujuan wisata karena memiliki produk wisata yang lain dari pada Thailand. "Yang penting, antrean visa on arrival jangan terlalu panjang. Asal itu bisa dijamin, kurang dari 20 menit akan banyak orang Skandinavia yang datang ke Bali," katanya.
Sedang Cecilia dari Wikstrom Reiser AS yang duduk di stan Thailand khusus datang ke stan Indonesia untuk meyakinkan bahwa Bali tidak kalah dari Phuket, Thailand.
"Saya paling suka bawa keluarga dan anak-anak saya ke Bali. Phuket hanya punya pantai dan sekarang terlalu penuh dan ramai. Kalau di Bali kami punya banyak alternatif, ada upacara, tarian dan gamelan, naik sepeda di kampung," ujar Cecilia.
Lantas apa saja yang bisa dicapai dari keikutsertaan Indonesia dalam bursa wisata di Norwegia?
Sebagai pejabat urusan promosi di Eropa Mudji Sabar mengatakan, "Kehadiran Indonesia secara fullpfledge dalam bursa wisata di wilayah ini harus diteruskan dengan lebih terencana dan menitikberatkan pada fokus-fokus tertentu, bisa produk bisa juga destinasi".
Ia menambahkan, kita tahu bahwa orang Norwegia menghargai penerbangan langsung dan tidak sensitif atas harga, tetapi produknya harus valuable. Selain itu mereka mengharap pengalaman spesial yang tidak ada di daerah lain.
Mengutip pernyataan asosiasi dan industri wisata setempat, Mudji Sabar mengatakan, "Kedepan setting-nya harus Skandinavia, bukan hanya Norwegia karena menyangkut target di atas 60.000 wisatawan, melebihi Spanyol".
Dalam Reiseliv 2007, seluruh peserta dari Asia/kelompok PATA mendapat jatah lokasi di hall D. Stan Indonesia bersebelahan dengan China dan Malaysia. Seperti diduga, luas stan Malaysia dan Thailand agak lebih besar dibanding Indonesia, meskipun demikian, stan Indonesia lebih menarik perhatian pengunjung karena memiliki atraksi kesenian tari dan musik yang digelar berturut-turut.
OleH: Denny Sutoyo- Gerberding
Seruan yang bernada imbauan di atas sama sekali bukan pesan iklan, melainkan judul artikel utama harian Aftenposten, koran tiras pertama Norwegia, Jumat, 12 Januari 2007.
Tulisan itu dilengkapi dengan foto Trio Batakos, penyanyi lagu-lagu Batak yang khusus didatangkan untuk tampil di stan Indonesia, dalam bursa wisata Norwegia, Reiseliv 2007.
Kegiatan berlangsung di balai pameran dagang Norwegia (Norges Varemesse) di Lillestrom yang luasnya 25.000 meter persegi. Pameran diikuti 170 negara dengan 1.000 peserta dan berlangsung selama empat hari, antara 11 Januari dan 14 Januari.
Meskipun penduduk Norwegia hanya sekitar 5 juta, tetapi pengunjung pameran ini mencapai 38.126 orang.
Orang Norwegia memang paling doyan berwisata selain memiliki GNP tinggi. Di samping itu, cuaca yang dingin hampir sepanjang tahun membuat travelling menjadi kebutuhan pokok, bahkan sebagai gaya hidup.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Eslandia, Retno Marsudi, menggarisbawahi pentingnya keikutsertaan Indonesia dalam promosi wisata ini, sebab kalau tidak Indonesia akan kehilangan momentum dan dilupakan oleh wisatawan Skandinavia.
Meski jumlahnya tidak begitu besar, penduduk Norwegia (dan Skandinavia pada umumnya) masuk dalam kategori "wisatawan kelas menengah dan atas" dan "long stay guests". Untuk itu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Oslo memilih pariwisata sebagai fokus program kerja tahun 2007 dengan nama Forum on Indonesia 2007: Promoting Tourism.
Menurut Retno Marsudi, urutan kegiatannya berupa partisipasi dalam reiseliv (bursa wisata), kemudian temu bisnis/travel gathering, pemutaran film dan promosi budaya di Trondheim, road trip pariwisata Indonesia, partisipasi dalam pameran budaya di Oslo dan Krodero, fam tour untuk jurnalis pariwisata, serta pagelaran kesenian/musik .
Membangun citra
Lucunya, meskipun sama sekali bukan "pemain baru" sebagai tujuan wisata dunia, dalam pameran itu Indonesia disebut sebagai salah satu "negara baru", disusul Panama, Peru, Slovenia, Latvia, dan Bulgaria.
Ini disebabkan Indonesia baru pertama kali ikut serta dalam bursa wisata di Norwegia. Namun, dari semua itu hanya Indonesia yang dipilih sebagai headline oleh harian Aftenposten. Mungkin Indonesia satu-satunya peserta yang menampilkan grup kesenian (tari dan musik) secara teratur selama empat hari pameran? Bisa jadi.
Akan tetapi, yang lebih meyakinkan adalah tulisan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang paling cantik dan menarik di dunia. Selama ini, tujuan wisata utama warga Norwegia di Asia adalah Thailand.
Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa sejak beberapa tahun ini industri wisata Indonesia justru cenderung lesu. Ini disebabkan, antara lain terjadinya serangkaian bencana dan malapetaka yang menimpa Indonesia. Seperti layaknya permainan kartu domino, sejak itu banyak orang takut datang ke Indonesia.
Selama ini segi keamanan juga selalu menjadi alasan lesunya sektor pariwisata Indonesia. Namun, keikutsertaan Indonesia dalam bursa wisata di Norwegia ini menunjukkan hal yang berbeda, seperti dikatakan oleh Mudji Sabar, Kepala Subdirektorat Promosi wilayah Eropa Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
"Dari pembicaraan dengan asosiasi travel dan tour operator Norwegia/Skandinavia selama pameran, juga dari konferensi pers yang kami adakan di sini, tidak ada yang menyinggung soal keamanan. Rupanya masyarakat di sini sadar bahwa teror bisa terjadi di mana saja, bukan hanya Bali. Jadi asumsi saya, untuk wilayah Norwegia/Skandinavia keamanan bukan lagi isu sentral".
Dukungan
Pernyataan itu didukung oleh dua operator tur/industri wisata yang ikut dalam stan Indonesia, yaitu Pacto dan beberapa agen perjalanan asal Amerika Serikat.
Ricky Setiawanto dari Pacto melihat bahwa isu keamanan sudah tidak lagi valid. Apa yang dia lakukan adalah repositioning, mencoba meyakinkan pasar Norwegia bahwa Indonesia memiliki produk-produk baru yang belum mereka kenal lantaran orang Norwegia adalah pelanggan Thailand.
"Ke depan, kita harus lebih aktif lagi untuk memetakan Indonesia sebagai alternatif utama bagi warga Norwegia/Skandinavia mengingat Vietnam sudah masuk, dan letaknya memang lebih dekat dengan Thailand," kata Ricky.
Gunnar Skjolden dari Asia Line & Hapag Norway Chapter sudah kembali memimpin studi untuk sembilan operator tur Norwegia ke Bali dan Lombok, November lalu. Dia juga menjadwalkan studi tour Indonesia dengan mengajak khusus wartawan wisata yang menulis untuk berbagai media di Skandinavia.
Dia mengatakan, Bali akan tetap menjadi tujuan wisata karena memiliki produk wisata yang lain dari pada Thailand. "Yang penting, antrean visa on arrival jangan terlalu panjang. Asal itu bisa dijamin, kurang dari 20 menit akan banyak orang Skandinavia yang datang ke Bali," katanya.
Sedang Cecilia dari Wikstrom Reiser AS yang duduk di stan Thailand khusus datang ke stan Indonesia untuk meyakinkan bahwa Bali tidak kalah dari Phuket, Thailand.
"Saya paling suka bawa keluarga dan anak-anak saya ke Bali. Phuket hanya punya pantai dan sekarang terlalu penuh dan ramai. Kalau di Bali kami punya banyak alternatif, ada upacara, tarian dan gamelan, naik sepeda di kampung," ujar Cecilia.
Lantas apa saja yang bisa dicapai dari keikutsertaan Indonesia dalam bursa wisata di Norwegia?
Sebagai pejabat urusan promosi di Eropa Mudji Sabar mengatakan, "Kehadiran Indonesia secara fullpfledge dalam bursa wisata di wilayah ini harus diteruskan dengan lebih terencana dan menitikberatkan pada fokus-fokus tertentu, bisa produk bisa juga destinasi".
Ia menambahkan, kita tahu bahwa orang Norwegia menghargai penerbangan langsung dan tidak sensitif atas harga, tetapi produknya harus valuable. Selain itu mereka mengharap pengalaman spesial yang tidak ada di daerah lain.
Mengutip pernyataan asosiasi dan industri wisata setempat, Mudji Sabar mengatakan, "Kedepan setting-nya harus Skandinavia, bukan hanya Norwegia karena menyangkut target di atas 60.000 wisatawan, melebihi Spanyol".
Dalam Reiseliv 2007, seluruh peserta dari Asia/kelompok PATA mendapat jatah lokasi di hall D. Stan Indonesia bersebelahan dengan China dan Malaysia. Seperti diduga, luas stan Malaysia dan Thailand agak lebih besar dibanding Indonesia, meskipun demikian, stan Indonesia lebih menarik perhatian pengunjung karena memiliki atraksi kesenian tari dan musik yang digelar berturut-turut.
Denny Sutoyo- Gerberding dari Oslo
Sumber: Kompas, Jumat, 19 Januari 2007.
0 comments:
Post a Comment