Anak TK Antusias Ikuti ”Kaulinan Lembur”
>> Tuesday, December 4, 2007
DUA siswa TK Al Halus Kabupaten Bandung memeragakan sebuah permainan "galah porog" berupa menjaga lawan agar tidak menerobos garis yang dijaga, pada "Festival Kaulinan Urang Lembur" yang diselenggarakan TK Graha Ananda dan didukung Pemprov Jabar dan HU ”Pikiran Rakyat”, di Bale Anak Jalan Sumatera Bandung, Sabtu (27/8).* Dudi Sugandi/”PR” |
Sekira 200 anak dari lima taman kanak-kanak (TK) terlihat antusias dan bergembira saat melakukan kaulinan urang lembur yang berlangsung di pelataran FO Bale Anak, Jalan Sumatera Kota Bandung, Sabtu (27/8).
Sementara, orang tua yang mengantarkan anak-anaknya turut larut atau mungkin terkenang ke masa lalu saat menyaksikan permainan yang saat ini sudah tak dikenal lagi, seperti oray-orayan, turih oncom, gatrik, gobak, galah, ambil-ambilan, slepdur, sondah, dan berbagai permainan lainnya.
Anak-anak dari TK Graha Ananda (Cimahi), TK Bianglala (Gegerkalong), TK Al-Harus (Bale Endah), TK Permata Sakinah (Cicaheum), dan TK Ryadus Sholihin memperlihatkan animo tinggi terhadap "Festival Kaulinan Urang Lembur" (permainan tradisional anak Jawa Barat).
Dra. Aty Kurniawati, Kepala TK Graha Ananda sebagai penyelenggara festival mengatakan bahwa festival ini dilaksanakan untuk merayakan hari kemerdekaan RI dan ulang tahun ke-4 TK Graha Ananda. Selain itu, kata Aty, sekaligus mengguar nilai tradisi kaulinan anak-anak di Jawa Barat yang kini sudah mulai dilupakan dan tidak lagi dikenal.
"Sebenarnya, permainan-permainan anak-anak dahulu mungkin masih ada di kampung-kampung tentunya. Permainan ini memiliki nilai edukasi yang baik dan nilai sosial yang tinggi. Mereka selalu bersama-sama melakukan permainan, artinya ada nilai gotong-royong yang terkandung dalam permainan tersebut. Namun, anak-anak masa kini lebih suka bermain games (play station)," ujarnya.
Menurut Ketua Pelaksana Drs. Patria Hidayat, festival ini merupakan salah satu cara untuk mengembalikan nilai edukasi, sosial, tradisi, dan gotong-royong pada anak-anak. Tujuannya, supaya pada diri anak-anak akan melekat tradisi budayanya. Selain itu, mereka akan tahu ada permainan asli yang dimiliki bangsa ini, sehingga mereka akan merekam itu semua dalam kepribadiannya.
"Tetapi, langkah ini masih kurang mendapat respons dari TK-TK yang ada (di Kota Bandung dan Kab. Bandung-red.), sehingga hanya beberapa TK saja yang ikut meramaikan festival ini. Namun, kami tidak akan putus asa festival ini akan terus digalakkan agar kaulinan urang lembur tetap menjadi bagian dari kehidupan anak-anak," harapnya.
Anak-anak dari TK Graha Ananda (Cimahi), TK Bianglala (Gegerkalong), TK Al-Harus (Bale Endah), TK Permata Sakinah (Cicaheum), dan TK Ryadus Sholihin memperlihatkan animo tinggi terhadap "Festival Kaulinan Urang Lembur" (permainan tradisional anak Jawa Barat).
Dra. Aty Kurniawati, Kepala TK Graha Ananda sebagai penyelenggara festival mengatakan bahwa festival ini dilaksanakan untuk merayakan hari kemerdekaan RI dan ulang tahun ke-4 TK Graha Ananda. Selain itu, kata Aty, sekaligus mengguar nilai tradisi kaulinan anak-anak di Jawa Barat yang kini sudah mulai dilupakan dan tidak lagi dikenal.
"Sebenarnya, permainan-permainan anak-anak dahulu mungkin masih ada di kampung-kampung tentunya. Permainan ini memiliki nilai edukasi yang baik dan nilai sosial yang tinggi. Mereka selalu bersama-sama melakukan permainan, artinya ada nilai gotong-royong yang terkandung dalam permainan tersebut. Namun, anak-anak masa kini lebih suka bermain games (play station)," ujarnya.
Menurut Ketua Pelaksana Drs. Patria Hidayat, festival ini merupakan salah satu cara untuk mengembalikan nilai edukasi, sosial, tradisi, dan gotong-royong pada anak-anak. Tujuannya, supaya pada diri anak-anak akan melekat tradisi budayanya. Selain itu, mereka akan tahu ada permainan asli yang dimiliki bangsa ini, sehingga mereka akan merekam itu semua dalam kepribadiannya.
"Tetapi, langkah ini masih kurang mendapat respons dari TK-TK yang ada (di Kota Bandung dan Kab. Bandung-red.), sehingga hanya beberapa TK saja yang ikut meramaikan festival ini. Namun, kami tidak akan putus asa festival ini akan terus digalakkan agar kaulinan urang lembur tetap menjadi bagian dari kehidupan anak-anak," harapnya.
Sumber: Pikiran Rakyat, Minggu, 28 Agustus 2005
0 comments:
Post a Comment